Langsung ke konten utama
2011, 215 Orang Terinveksi HIV/AIDS di Fak-Fak

JUBI --- Yayasan Sosial Pengembangan Kawasan Timur (Yosabat) Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat mendata 215 orang terinveksi HIV/AIDS pada tahun 2011.
Direktur Yayasan sosial Pengembangan Kawasan Timur (Yosabat), La Ode Harifu mengatakan jumlah tersebut tercatat 36 orang meninggal dunia. Sementara 166 terinveksi HIV dan 46 orang lainnya terinveksi AIDS. Dia mengatakan, hingga saat ini pihaknya tetap mendata orang terinveksi HIV/AIDS di Kabupaten Fak-Fak terutama di distrik yang belum terjangkau pendataan HIV/AIDS.  "Jumlah tersebut pasti meningkat bila telah melakukan pendataan di seluruh Kabupaten Fak-Fak," ujar La Ode Harifu, Sabtu (29/1) di Jayapura.

Dia menjelaskan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Fak-Fak tahun 2011 didominasi ibu hamil, yakni 60% dari 215 orang yang menderita HIV/AIDS.

Menurutnya, pihaknya tetap melakukan sosialisasi HIV/AIDS untuk dua populasi utama di Kabupaten Fak-Fak, yaitu populasi beresiko tinggi dan populasi umum Forum Grup Diskusi. Untuk populasi beresiko tinggi, kata dia, pihaknya memberikan sosialisasi kepada perempuan jalanan, bar cafe, tukang ojek, sopir, nelayan dan Tenaga Bongkar Muat di pelabuhan. Lanjutnya, sosialisasi HIV/AIDS untuk populasi umum Forum Grup Diskusi (FGD) biasanya ditujukan kepada kepal kampung, pemuda gereja dan mesjid. "Sosialisasi dilakukan tiap hari petugas Yosbat," tuturnya.

Dia menambahkan, pihaknya memberikan bimbingan dan pelatihan khusus bagi anak usia remaja di Kabupaten Fak-Fak untuk mencegah tertularnya HIV/AIDS. Selanjutnya, memberikan sosialisasi ke distrik-distrik yang belum terjangkau informasi tentang HIV/AIDS. Karena itu, pihaknya meminta dukungan dari pemerintah berupa sumbangan dana kepada tim khusus Yosabat yang melakukan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS di kampung-kampung. "Mudah-mudahan kedepannya ada dukungan dari pemerintah dan LSM setempat berupa sumabangan moril dan bantuan dana kepada tim khusus Yosabat," harapnya. (Karolus)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Budaya Kita Orang Manggarai, Pelan-Pelan Memudar?

Orangtua kita zaman dulu sangat menghargai nilai-nilai budaya yang diwariskan para leluhur. Maksudnya, nilai-nilai budaya yang dicakupi budaya itu sendiri. Budaya dari berbagai dimensinya. Di sini kita menyoroti etika yang mana di dalamnya berbicara tentang nilai moral. Berbicara tentang etika mengarahkan pikiran kita kepada sesuatu yang menjadi kelaziman bagi orang Manggarai. Misalnya, etika ‘ reis ’ alias budaya menyapa orang. Etika memanggil ‘Ite’ untuk orang yang lebih dituakan/sebutan bagi orang ‘yang’terhormat. Menyebut ‘Kraeng’ n Dalu untuk profesi seseorang. Masih banyak nila-nilai etika yang lainnya. Kearifan tersebut tampaknya kian tersayat zaman. Entah kenapa? Orang bilang ‘mungkin karena perkembangan zaman sehingga nilai-nilai kultur itu semakin tenggelam! Mungkin ini benar juga, tapi di satu sisi tergantung dari kita sendiri bagaimana mempertahankan keasliannya. Resiko abad postmodernisme demikian. Dunia semakin maju menuju budaya modern, sehingga budaya as

Penyulam Benang Dari Timor Hingga Papua

Mama Ros sedang fokus memintal benang menjadi kain selendang bermotif Insana ketika masih di Papua Tangannya yang lincah dan gesit di atas alat pemintal klasik tradisional menunjukkan ciri khasnya sebagai penenun handal. Hari-harinya yang begitu padat dengan rutinitas tenun terkadang membuatnya lupa mengurus makan siang. Tanpa disadari pula matahari sudah tenggelam di balik dinding bumi bagian barat.  Itulah gambaran mama Rosina Eno, yang biasa dipanggil mama Ros. Hari-harinya terus berjibaku dengan aktivitas pintal-memintal dengan warna-warni benang hingga menghasilkan kain berbentuk selendang. Dengan gerakan dan kelincahan jemarinya di atas alat tenun dapat menghasilkan selembaran kain selendang dalam sehari. Tidak hanya itu, tapi didukung pula dengan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi membuat hasil lebih sempurna. "Kain Selendang bermotif Insana dari berbagai versi bisa dibuat, asalkan ada benang. Motif apa saja saya bisa buat, intinya ada benang untuk motif", paparny

Guru SMPN 23 Senopi Kompak Pakai Masker

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran (KBM) di SMPN 23 Senopi kabupaten Tambrauw, Papua Barat tetap terlaksana sebagaimana biasanya. Tatap muka dengan siswa/i dilaksanakan secara full time setiap pekan.   Meskipun sekolah ini terletak di daerah tergolong zona hijau, namun para guru dan dan siswa/i tetap acuh pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.  Selama sepekan, kegiatan KBM dilaksanakan per kelas. Hal ini untuk mengantisipasi resiko penyebaran Covid-19 yang sudah mendunia. Mengingat letak sekolah ini persis tak jauh dari jalan umum trans Papua Barat, para guru terus mewanti-wanti siswanya untuk mengurangi sosialisasi diri dengan penduduk yang terus hilir mudik ke kota.  Akses ke kota Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat yang cukup lancar dengan menghabiskan waktu 3 hingga 4 jam membuat warga masyarakat yang tinggal di sekitar lembaga pendidikan ini mudah terjangkau guna mengakses kebutuhan ekonomi. Di sela-sela kunjungan tim Dinas Pendidikan kabupaten Tamb