Selain memuat sejumlah doktrin, agama sejatinya dipandang sebagai tempat pembentukan karakter/perilaku hidup. Agama membantu mengamankan dunia dari sikap dan tindakan inharmonis. Tak pelak, kita sebagai penganut agama tertentu mengaminkan ajaran-ajaran moral di dalamnya. Sebab ini dipandang atau dirasa baik adanya. Bukankah begitu!
Disini tidak dibahas/diuraikan secara spesifik apa dan bagaimana agama, karena bukan kapasitas pemilik blogger. Namun mencoba menganalisis dari sudut pandang pribadi posisi agama di tengah gempuran peradaban.
Pembatasan definisi, peradaban lebih ke arah pergeseran kebiasaan menuju ke arah yang lebih maju. Letak perbedaan peradaban dan kebudayaan pada cara dan dinamika kehidupan. Meskipun kebudayaan berbicara perihal kebiasaan masyarakat, tapi bersifat bertahan. Beda dengan peradaban lebih ke arah pergeseran ke hal yang baru. Pengaruh dari luar masuk ke dalam suatu kebiasaan dapat merasuki keasliannya sehingga terjadinya pembahuruan. Kira-kira begitulah yang disebut peradaban.
Apa yang menjadi tantangan agama di era peradaban kian maju?
Peradaban dalam semua aspeknya mempengaruhi arus kehidupan beragama. Hal ini disebabkan karena prinsip materialisme. Hal yang tampak dari prinsip ini adalah sekian oknum menyibukkan diri dengan rutinitas duniawi ketimbang merayakan ritus-ritus keagamaan. Contohnya kehidupan ala westernisasi yang cenderung menganut paham materialisme. Menempatkan agama di nomor kedua bahkan kesekian karena dengan pertimbangan tidak memberikan kontribusi pada kehidupan duniawi.
Disini dapat terlihat dampaknya dimana meminimalisir sosialisasi pribadi dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. Misalnya, pertemuan-pertemuan atau perkumpulan-perkumpulan yang bernuansa keagamaan
Adakah tawaran solusi alternatif untuk membekingi kehidupan umat beragama di abad post modernisme? Muaranya tetap kembali ke kesadaran masing2 pribadi. Manusia bersifat otonom dalam dirinya untuk menentukan pilihan bebas. Bebas menentukan keputusan hidupnya, apakah berjibaku dengan rutinitas keagamaan tanpa mengesampingkan pandangan agama suatu jaminan, ataukah memutuskan untuk memilih dinamika kehidupan yang diwarnai dengan kebanyakan urusan2 lahiriah.
Mungkinkah suatu saat agama menjadi suatu yang privat? Hanya waktu yang bisa menjawab!
Komentar
Posting Komentar