Langsung ke konten utama

Jurang Antara Filsafat dan Agama

Di grup facebook yang bernama "filsafat" cenderung atau kebanyakan pembahasannya benturan dengan ajaran agama tertentu. Yang jelas bahwa penganut agama yang menjadi sasaran pertanyaan-pertanyaan bernuansa filsafat menjadi suatu penyakit. Filsafat menjadi momok yang menakutkan. Kita semua tahu bahwa filsafat itu ilmu yang berbicara tentang hakekat kebenaran, kebijaksanaan. Namun, filsafat itu terlalu umum karena masih banyak cabang-cabangnya. Yang penting kita mengais intinya, yaitu kebenaran dan kebijaksanaan. 

Yang membedakan agama dan filsafat adalah kebenaran. Bedanya, agama mengaku kebenaran tertinggi adalah Tuhan. Sementara kebenaran filsafat adalah kebenaran itu sendiri. Dalam artian kebenaran yang sempurna sampai penacariannya sudah final. Di sini tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan karena sudah menjadi kesepakatan. 

Pada prinsipnya, kebenaran yang diakui oleh semua agama adalah kebenaran bersifat misteri yang disebut dengan iman. Jika rasionalitas filsafat mengaitkan dengan kebenaran agamis, jelas menjadi suatu pertentangan karena ranah kajian fundamental filsafat itu sendiri bersifat ilmiah-kritis dan rasionalitas. Kebenaran agama bersifat final, sementara filsafat, kebenaran dipandang sebagai kebenaran jika sudah menjadi suatu yang utuh dan sempurna. Sampai akal budi mengatakan 'ya' untuk kebenaran itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Budaya Kita Orang Manggarai, Pelan-Pelan Memudar?

Orangtua kita zaman dulu sangat menghargai nilai-nilai budaya yang diwariskan para leluhur. Maksudnya, nilai-nilai budaya yang dicakupi budaya itu sendiri. Budaya dari berbagai dimensinya. Di sini kita menyoroti etika yang mana di dalamnya berbicara tentang nilai moral. Berbicara tentang etika mengarahkan pikiran kita kepada sesuatu yang menjadi kelaziman bagi orang Manggarai. Misalnya, etika ‘ reis ’ alias budaya menyapa orang. Etika memanggil ‘Ite’ untuk orang yang lebih dituakan/sebutan bagi orang ‘yang’terhormat. Menyebut ‘Kraeng’ n Dalu untuk profesi seseorang. Masih banyak nila-nilai etika yang lainnya. Kearifan tersebut tampaknya kian tersayat zaman. Entah kenapa? Orang bilang ‘mungkin karena perkembangan zaman sehingga nilai-nilai kultur itu semakin tenggelam! Mungkin ini benar juga, tapi di satu sisi tergantung dari kita sendiri bagaimana mempertahankan keasliannya. Resiko abad postmodernisme demikian. Dunia semakin maju menuju budaya modern, sehingga budaya as

Penyulam Benang Dari Timor Hingga Papua

Mama Ros sedang fokus memintal benang menjadi kain selendang bermotif Insana ketika masih di Papua Tangannya yang lincah dan gesit di atas alat pemintal klasik tradisional menunjukkan ciri khasnya sebagai penenun handal. Hari-harinya yang begitu padat dengan rutinitas tenun terkadang membuatnya lupa mengurus makan siang. Tanpa disadari pula matahari sudah tenggelam di balik dinding bumi bagian barat.  Itulah gambaran mama Rosina Eno, yang biasa dipanggil mama Ros. Hari-harinya terus berjibaku dengan aktivitas pintal-memintal dengan warna-warni benang hingga menghasilkan kain berbentuk selendang. Dengan gerakan dan kelincahan jemarinya di atas alat tenun dapat menghasilkan selembaran kain selendang dalam sehari. Tidak hanya itu, tapi didukung pula dengan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi membuat hasil lebih sempurna. "Kain Selendang bermotif Insana dari berbagai versi bisa dibuat, asalkan ada benang. Motif apa saja saya bisa buat, intinya ada benang untuk motif", paparny

Guru SMPN 23 Senopi Kompak Pakai Masker

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran (KBM) di SMPN 23 Senopi kabupaten Tambrauw, Papua Barat tetap terlaksana sebagaimana biasanya. Tatap muka dengan siswa/i dilaksanakan secara full time setiap pekan.   Meskipun sekolah ini terletak di daerah tergolong zona hijau, namun para guru dan dan siswa/i tetap acuh pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.  Selama sepekan, kegiatan KBM dilaksanakan per kelas. Hal ini untuk mengantisipasi resiko penyebaran Covid-19 yang sudah mendunia. Mengingat letak sekolah ini persis tak jauh dari jalan umum trans Papua Barat, para guru terus mewanti-wanti siswanya untuk mengurangi sosialisasi diri dengan penduduk yang terus hilir mudik ke kota.  Akses ke kota Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat yang cukup lancar dengan menghabiskan waktu 3 hingga 4 jam membuat warga masyarakat yang tinggal di sekitar lembaga pendidikan ini mudah terjangkau guna mengakses kebutuhan ekonomi. Di sela-sela kunjungan tim Dinas Pendidikan kabupaten Tamb