Radikalisme berhadapan dengan universalisme berbenturan karena mempertahankan prinsipnya masing-masing. Radikalisme pada dasarnya berpegang teguh pada prinsipnya yang mengakar kuat. Ego berprinsip sangat menonjol disebabkan hilangnya kehendak untuk menerima prinsip-prinsip kebenaran yang datang dari sumber lain. Tak heran jika masih saja tampak pemandangan di seantero jagat aliran-aliran yang bersifat radiks beroposisi dengan doktrin lain yang sudah menjadi prinsip/aturan umum.
Keterbukaan tak ayal menjadi penghalang bagi kelompok radikalisme. Ini disebabkan karena adanya kekhwatiran terjadinya perubahan konsep dan pandangan yang yang sudah tertanam kuat dalam diri penganutnya. Mengesampingkan dialog dan komunikasi adalah cirinya.
Lantas, apa yang menjadi penilaian publik tentang kaum-kaum radikalis? Mereka adalah bagian dari sekutu masyarakat. Entah penilaian baik atau buruk tergantung pada cara tindakannya/perbuatannya, apakah menguntungkan atau merugikan sesama!
Berbeda dengan prinsip universalisme. Menjunjung tinggi keterbukaan, berkehendak baik untuk menerima doktrin dari luar untuk membangun suasana komunal bukan kelompok tertentu. Berpegang pada jargon "mereka adalah kita, bukan mereka adalah kami"!.
Menjembatani prinsip radikalisme dan universalisme adalah pola dialog dan komunikasi. Tidak ada cara lain! Kalaupun ada setidaknya dengan cara kekerasan atau ekstrimis yang mendatangkan durjana buka n perdamaian.
Selamat membaca...semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar