Langsung ke konten utama

Khasiat Daun Gatal

 

Tampak lembaran daun gatal yang sudah tersimpan seharian usai dipetik dari ranting

Kebanyakan orang memiliki pilihan masing-masing untuk menghalau rasa sakit, badan encok, pegal dan lain-lain dengan minyak-minyak yang diproduksi ala modern. Namun warga masyarakat yang umumnya tinggal di Papua pasti sudah mencoba khasiat daun gatal. 

Terutama masyarakat yang tinggal di kampung-kampung di Papua memanfaatkan daun gatal sebagai obat mujarab mengenyahkan rasa sakit (feel pain). 

Para petani sepulang berkebun, mereka biasanya sangat merasakan betapa ampuhnya daun gatal. Sambil duduk-duduk di tempat santai semacam tenda duduk, mereka menggenggam lembaran daun gatal kemudian digosok-gosok ke bagian badan yang sakit. Niscaya rasa sakit akan hilang dengan sendirinya. 

Daun gatal adalah tumbuhan yang batang pohonnya seukuran dengan batang singkong. Biasanya tumbuh di area hutan yang kadar airnya cukup. Konon warga masyarakat yang membutuhkan daun gatal kerap mencarinya di pinggir-pinggir kali. 

Daun gatal berukuran bulat lonjong. Permukaan daun tampak seperti bulu kuduk. Bulu-bulunya terasa masuk ke pori-pori tubuh saat kita menggosok-gosok ke bagian tubuh. Saat digosok ke bagian tubuh rasa gatal cuma dalam hitungan menit, tapi kembali memulihkan tubuh yang sempat terasa sakit. 

Menurut penuturan sejumlah warga, daun gatal bisa dengan cara merebus untuk diminum guna mencegah dan mengobati penyakit bagian dalam tubuh.

Dirilis wikipedia.org, daun gatal memiliki nama Latin 'Laportea aestuans' adalah tumbuhan tahunan suku Urtitaceae yang kemungkinan berasal dari daerah tropis Afrika, namun sekarang tersebar luas sebagai spesies yang diperkenalkan di sebelah bumi bagian barat dan daerah tropis serta subtropis belahan bumi termasuk Amerika Serikat dan Amerika Tengah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Budaya Kita Orang Manggarai, Pelan-Pelan Memudar?

Orangtua kita zaman dulu sangat menghargai nilai-nilai budaya yang diwariskan para leluhur. Maksudnya, nilai-nilai budaya yang dicakupi budaya itu sendiri. Budaya dari berbagai dimensinya. Di sini kita menyoroti etika yang mana di dalamnya berbicara tentang nilai moral. Berbicara tentang etika mengarahkan pikiran kita kepada sesuatu yang menjadi kelaziman bagi orang Manggarai. Misalnya, etika ‘ reis ’ alias budaya menyapa orang. Etika memanggil ‘Ite’ untuk orang yang lebih dituakan/sebutan bagi orang ‘yang’terhormat. Menyebut ‘Kraeng’ n Dalu untuk profesi seseorang. Masih banyak nila-nilai etika yang lainnya. Kearifan tersebut tampaknya kian tersayat zaman. Entah kenapa? Orang bilang ‘mungkin karena perkembangan zaman sehingga nilai-nilai kultur itu semakin tenggelam! Mungkin ini benar juga, tapi di satu sisi tergantung dari kita sendiri bagaimana mempertahankan keasliannya. Resiko abad postmodernisme demikian. Dunia semakin maju menuju budaya modern, sehingga budaya as

Penyulam Benang Dari Timor Hingga Papua

Mama Ros sedang fokus memintal benang menjadi kain selendang bermotif Insana ketika masih di Papua Tangannya yang lincah dan gesit di atas alat pemintal klasik tradisional menunjukkan ciri khasnya sebagai penenun handal. Hari-harinya yang begitu padat dengan rutinitas tenun terkadang membuatnya lupa mengurus makan siang. Tanpa disadari pula matahari sudah tenggelam di balik dinding bumi bagian barat.  Itulah gambaran mama Rosina Eno, yang biasa dipanggil mama Ros. Hari-harinya terus berjibaku dengan aktivitas pintal-memintal dengan warna-warni benang hingga menghasilkan kain berbentuk selendang. Dengan gerakan dan kelincahan jemarinya di atas alat tenun dapat menghasilkan selembaran kain selendang dalam sehari. Tidak hanya itu, tapi didukung pula dengan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi membuat hasil lebih sempurna. "Kain Selendang bermotif Insana dari berbagai versi bisa dibuat, asalkan ada benang. Motif apa saja saya bisa buat, intinya ada benang untuk motif", paparny

Guru SMPN 23 Senopi Kompak Pakai Masker

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran (KBM) di SMPN 23 Senopi kabupaten Tambrauw, Papua Barat tetap terlaksana sebagaimana biasanya. Tatap muka dengan siswa/i dilaksanakan secara full time setiap pekan.   Meskipun sekolah ini terletak di daerah tergolong zona hijau, namun para guru dan dan siswa/i tetap acuh pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.  Selama sepekan, kegiatan KBM dilaksanakan per kelas. Hal ini untuk mengantisipasi resiko penyebaran Covid-19 yang sudah mendunia. Mengingat letak sekolah ini persis tak jauh dari jalan umum trans Papua Barat, para guru terus mewanti-wanti siswanya untuk mengurangi sosialisasi diri dengan penduduk yang terus hilir mudik ke kota.  Akses ke kota Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat yang cukup lancar dengan menghabiskan waktu 3 hingga 4 jam membuat warga masyarakat yang tinggal di sekitar lembaga pendidikan ini mudah terjangkau guna mengakses kebutuhan ekonomi. Di sela-sela kunjungan tim Dinas Pendidikan kabupaten Tamb