Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Ketika Sang Khalik Memanggil Pulang

 Mendung hitam di langit akhir September  2014 seakan memberi isyarat pada penghuni jagat bahwa ada unsur kehidupan semesta yang pamit pulang ke keabadian. Berpisah kepada kehidupan untuk kembali lagi ke tanah. Penghujung September kelabu, tak ada  riang menghiasi wajah-wajah anak jagat. Malaikat maut merampas kebahagiaan, menghalau kegembiraan. Menyoraki tangisan dan nestapa. Lonceng kematian terus berdentang kuat, mendendangkan kidung-kidung nestapa. Mendiang bapak Hermanus Huru pamit pulang ke rahim Ilahi. Pamit tanpa basa-basi, namun meninggalkan wasiat-wasiat tersirat menjadi catatan-catatan dan kenangan-kenangan yang terbungkus rapi dalam balutan kalbu.  "Sebelum saya dipanggil pulang, Tuhan perkenankan saya melihat anak-anakku bahagia". Sepenggal doa dirapalkannya ke langit yang rupanya disambut baik sang Khalik.  Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya saat perjalanan pulang dari RSUD Ben Mboy Ruteng, beliau dibuntuti sejumlah penyakit mulai dari khatarak, kelumpuhan

Pernah Ngamen Hingga Jadi Bos di Jakarta

Siapapun tidak bisa menebak perjalanan hidup ke depan seperti apa dan bagaimana. Nasib untung dan malang menjadi misteri yang tidak bisa disingkap pengetahuan apapun. Yang kita ketahui sebatas masa lalu, hari kemarin, dan sesuatu yang sudah lewat di hari ini. Itulah yang disebut pengalaman hidup.  Pengalaman hidup yang tidak meyenangkan usia-usia remaja membuatnya bangkit dan gairah menapaki perjalanan hidup selanjutnya. Itulah gambaran hidup bos pengusaha lebur besi, Rafael Jatong, yang sementara ini berdomisili di ibukota negara, Jakarta.  Dirinya mengisahkan lika-liku hidup yang membuatnya bangkit dari keterpurukan secara ekonomi. Apalagi tinggal di kota besar semisal Jakarta butuh keterampilan dan hidup penuh persaingan di semua lini kehidupan. "Secara akademik, saya tidak sampai sekolah tingkat menengah. Bahkan  pernah putus sekolah karena kendala biaya. Tapi saya terus berusaha dengan berbagai cara untuk tetap hidup tinggal di kota besar", ujar laki-laki yang beristri M

Tangisan Sesenggukan Ibu Setelah Enu Wuat Wa,i

 Lekas setelah keluarga Enu mengakhiri acara wuat wa,i (acara perpisahan untuk melepaspergikan seseorang ke suatu tempat), wajah sang ibu terlihat sembab. Sesekali mengusap wajahnya dengan telapak tanganya yang sudah keriput termakan usia. "Ende emo retang ga (mama berhenti sudah menangis). Toem nais aku ona tana mbeong (saya tidak lama di tempat perantauan)", ujar Enu kepada sang Ibu bernada membujuk.  Namun, rupanya tangisan sang ibu sebagai tanda tak tega ketika melihat anak gadisnya pergi ke tempat perantauan jauh. Apalagi seorang gadis yang baru lulusan SMA.  "Aku ga toem sanggup (hidupku sudah tidak sanggup melihat keadaan). Kamu bukan laki-laki", kata sang mama meyakinkan Enu dengan nada terbata-bata.  Enu masih tetap masih berkeras hati untuk mencapai apa yang menjadi niat dan impiannya. Enu tetap kuat pada pendiriannya, berpegang pada prinsip dan komitmen.  Setelah acara wuat wa,i, keluarga Enu masih duduk berkumpul untuk duduk bicara menyangkut perjalanan

Ternyata Itu Jemari Tuhan

Segelas kopi setengah manis yang masih panas, sudah setengah habis. Sementara sebuah buku yang hendak kulahap masih parkir rapi di atas meja yang terbuat dari kayu besi. Sesekali mata memandang bilik bumi sebelah barat, matahari malu-malu hendak bersembunyi di balik tirainya.  Sembari seruput minuman yang sisanya setengah gelas, kucoba menjamah buku yang judulnya "Pengembaraan Kaum Ateis Dalam Mencari Tuhan". Buku kenangan dari seorang teman dari luar negeri yang dulunya mengajar di tempat kursus bahasa asing di Jayapura-Papua. Helai demi helai kubuka, kutemukan bab pertama secara gamblang berbicara tentang kebenaran adalah Tuhan menurut kaum ateis.  "Barangkali orang-orang yang percaya Tuhan selama ini salah menilai mereka. Mereka berbicara tentang kebenaran. Mengenal hal yang baik dan buruk. Lantas agama yang saya yakini pun berbicara tentang Tuhan yang adalah kebenaran", batinku. Sementara masih terpaku di kursi tua, pelan-pelan kumenutup lembar demi lembar buku

Guru Kampung Tapi Bukan Kampungan

Siswa SMPN 23 Senopi sedang mendengar arahan guru   Menjadi guru di daerah pedalaman (pelosok) negeri bukan sesuatu yang mudah. Betul-betul mesti memiliki jiwa pengabdian, jiwa militan dan siap menerima konsekuensi apapun. Dengan prinsip "memanusiakan manusia" sebagai spirit penopang untuk tetap menjalankan tugas dan pengabdian. Menghadapi siswa-siswi yang berada di perkampungan (pedalaman) berarti peserta didiknya memiliki latar belakang kebudayaan hampir sama alias berasal dari masyarakat homogen. Situasi belajar dan pembelajaran di pedalaman yang jauh dari hiruk-pikuk suasana perkotaan menjadikan para guru memiliki pengalaman lebih asyik dan catatan sejarah tersendiri.  Itulah gambaran para guru yang sementara ini bertugas di SMPN 23 Senopi, kabupaten Tambrauw Papua Barat. Sekolah ini berada di sisi jalan Trans Papua Barat. Meskipun letak sekolah ini di pelosok kabupaten Tambrauw, namun setidaknya dari segi akses transportasi darat cukup lancar karena menghubungkan dua kot

Kids Zaman Now, Korban Perhambaan Teknologi?

 Istilah 'Kids Zaman Now' lebih diperuntukkan bagi anak-anak atau kalangan yang hidup di zaman sekarang. Perbedaan gaya hidup 'Kids Zaman Old' dan Kids Zaman Now' terletak pada kebiasaan. Kehidupan 'Kids Zaman Old' lebih mendominasi ruang nyata, sementara 'Kids Zaman Now' lebih mendominasi ruang maya. Kids Zaman Old ditandai dengan kesenangan seperti bermain kucing- kucingan, kejar-kejaran. Sedangkan Kids Zaman Now ditandai dengan kesenangan berselancar di internet, bermain game dan sejenisnya.Barangkali itulah yang membedakan Kids Zaman Old dan Zaman Now. Kata Kids sebagai bentuk jamak dari kid, diserap dan diadaptasi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Kid berarti anak, sedangkan kids berarti anak-anak. Jadi, Kids Zaman Now berarti anak-anak yang hidup dizaman sekarang. Apa yang membedakan kehidupan anak-anak zaman sekarang dan zaman dulu adalah kebiasaan dan gaya hidup. Kids Zaman Now adalah generasi yang lahir tahun 90-an hingga tahun 2000-a

Kata-Kata Berkuasa

 Kata-kata ibarat mainan Sesuka-sukanya siapa Tapi siapa mempermainkan kata-kata jadi mainan Sebab kata-kata berkuasa  Perang dan damai karena kata-kata Pun susana bersolek kegembiraan atau kesedihan, tawa dan tangisan Kata-kata berbisa karena salah kata Kata bisa makan tuan karena berkata 'bisa' Berkatalah dengan kata-kata penuh 'sedap' agar jangan tiarap

Bahasa dan Realitas

Bahasa menyebut suatu kenyataan atau keberadaan bernama "realitas". Posisi manusia sebagai 'subyek' pengguna/pemakai bahasa melegitimasi bahasa dengan realitas. Dalam artian bahwa manusialah yang bertanggung jawab atas pemberian identitas suatu realitas. Misalnya, diberikan nama "bumi" kepada tempat yang dihuni oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Diberikan nama "batu" kepada benda yang sifatnya keras, tapi bisa dihancurkan dengan besi maupun sesama batu yang lebih keras.  Keputusan untuk memberikan penamaan/penyebutan terhadap realitas ada pada manusia sebagai 'subyek' untuk mengatur dan memberikan ciri khusus kepada realitas sebagai 'obyek'. Di sinilah letak bahasa sebagai sarana atau alat untuk pengidentitasan realitas.  Menurut Filsuf Plato, bahasa adalah pernyataan yang terdapat pada benak seseorang dengan menggunakan perantaraan rhemata (ucapan) serta onomata (nama benda atau sesuatu) yang merupakan gambaran ide seseorang da

Penjajahan Pribadi

Pribadi kita dilahirkan ke semesta untuk suatu tujuan, untuk diri sendiri dan orang lain. Memiliki tujuan apabila berguna dan bermanfaat/berfaedah. Berguna bagi diri sendiri jika sanggup mempertahankan kehidupan yang sedang dialami, dalam bentuk dan cara apa saja. Sementara bagi orang lain atau sesama, berguna jika membawa keuntungan, dalam arti membawa efek yang baik.  Pribadi adalah manusia sebagai perseorangan (KBBI). Jadi, disebut pribadi apabila jika ditujukan kepada per-orang. Pribadi hanya khusus disebut untuk manusia! Tempat pertama manusia hidup adalah rahim ibu. Siapapun yang mengaku pribadi manusia, tidak pernah mengetahui pengalaman-pengalaman selama dalam kandungan, kecuali yang mengandung.  Baru setelah di alam kedua, seorang pribadi berinteraksi dengan lingkungan sosial yang disebut keluarga. Di sinilah tempat pertama pembentukan pribadi. Termasuk ajaran-ajaran apapun maupun mitos-mitos dalam semua dimensinya turut berpengaruh dalam pola sikap dan pengambilan keputusan h

Jurang Antara Filsafat dan Agama

Di grup facebook yang bernama "filsafat" cenderung atau kebanyakan pembahasannya benturan dengan ajaran agama tertentu. Yang jelas bahwa penganut agama yang menjadi sasaran pertanyaan-pertanyaan bernuansa filsafat menjadi suatu penyakit. Filsafat menjadi momok yang menakutkan. Kita semua tahu bahwa filsafat itu ilmu yang berbicara tentang hakekat kebenaran, kebijaksanaan. Namun, filsafat itu terlalu umum karena masih banyak cabang-cabangnya. Yang penting kita mengais intinya, yaitu kebenaran dan kebijaksanaan.  Yang membedakan agama dan filsafat adalah kebenaran. Bedanya, agama mengaku kebenaran tertinggi adalah Tuhan. Sementara kebenaran filsafat adalah kebenaran itu sendiri. Dalam artian kebenaran yang sempurna sampai penacariannya sudah final. Di sini tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan karena sudah menjadi kesepakatan.  Pada prinsipnya, kebenaran yang diakui oleh semua agama adalah kebenaran bersifat misteri yang disebut dengan iman. Jika rasionalitas filsafat mengaitkan

Hening Kami Adalah Do,a

 Tak ada kata-kata berbusa hanya berbisa Kepada Mahatahu, tahu tentunya Jiwa-jiwa meditatif bergurau dengan batin Untaian syafa,at terucap dengan bening dan dalam hening Kami tidak mengusik dan mereka pun tidak terusik Mazmur dan nyanyian tersampul dalam kalbu  Inilah madah dan do,a kami! Ditulis sebagai penhormatan kepada mereka yang berdo,a dalam diam, untuk kaum pertapaan, kaum meditatif, dll

Do,a dan Hantu 2020

 Riuh jagat berkurang Di tempat-tempat keramaian bahkan di tempat ibadah, tak ketinggalan tempat nongkrong! Jalanan di kota-kota besar yang super ramai pernah lengang Jeda mengheningkan cipta Ya,  corona menghantui jagat Mahluk beriman sujud sendiri dalam do,anya Memandang ke langit apakah hantu datang dari atas Terus menggantung harap di tingginya langit dalam do,a tanpa jeda Sesumbar temuan-temuan diracik mengusir hantu Masih dalam lempar tanya hantu datang darimana Hantu merong-rong sendi-sendi kehidupan Corona belum berakhir. Mohon bersabar!

Kopi dan Hasrat Beraktivitas

 Para pecinta dan penikmat minuman kopi memiliki selera khas masing-masing mengenai porsinya. Ada penikmat atau pencinta minuman kopi tanpa pemanis alias gula. Misalnya, di beberapa kampung di kabupaten Manggarai timur, pulau Flores. Di daerah ini pohon kopi berhamparan luas bak hutan perawan tak terjamah. Rata-rata para petani mencicipi minuman kopi tanpa pemanis sebelum mereka bertani. Pegawai kantoran pun demikian.  Beragam cara mengolah biji kopi sebelum menjadi tepung. Ada yang dengan cara penggilingan melalui mesin ada pula yang melalui gaya klasik alias kopi tubruk menggunakan lesung. Mendapatkan kopi pilihan dan original tanpa perpaduan bahan tambahan maupun pengawet.  Dilansir situs www.klikdokter.com, menjelaskan manfaat kopi pada kerja otak bukan karena kandungan kafein, melainkan adanya komponen yang dilepaskan pada saat proses pembuatan kopi. Minuman kopi memiliki efek protektif pada otak, yakni menunjang kemampuan dalam berpikir.  Konsumsi kopi kaitannya dengan cara kerja

Neraka dan Penjara

 Istilah 'neraka' disebut untuk mahluk bertuhan. Bila dipletisir istilahnya ke segi keduniawian, paling tidak disebut sebagai 'penjara,. Neraka diasosiasikan dengan suasana mengerikan. Tidak adanya kebahagiaan.  Kamus Besar Bahasa Indonesia membatasi definisi neraka sebagai alam akhirat tempat orang kafir dan durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan. Pihak-pihak yang melakukan penyiksaan di neraka adalah pihak-pihak yang diimani menurut keyakinan atau agama tertentu. Disebut sebagai Tuhanlah berdaulat penuh atas neraka. Cara pandang terhadap adikodrati  mempengaruhi perilaku subyek selama pengembaraan di dunia. Sementara penjara bertalian dengan istilah keduniawian. Penjara identik dengan orang hukuman karena melanggar norma yang menjadi kesepakatan bersama. Melanggar berarti pihak yang membuat kesalahan tertentu dan secara otomat menerima konsekuensi hukuman.  Menurut KBBI, penjara merupakan bangunan tempat mengurung hukuman; bui; lembaga pemasyarakatan. Secara kasat mat

Agama dan Tantangan peradaban

 Selain memuat sejumlah doktrin, agama sejatinya dipandang sebagai tempat pembentukan karakter/perilaku hidup. Agama membantu mengamankan dunia dari sikap dan tindakan inharmonis. Tak pelak, kita sebagai penganut agama tertentu mengaminkan ajaran-ajaran moral di dalamnya. Sebab ini dipandang atau dirasa baik adanya. Bukankah begitu!  Disini tidak dibahas/diuraikan secara spesifik apa dan bagaimana agama, karena bukan kapasitas pemilik blogger. Namun mencoba menganalisis dari sudut pandang pribadi posisi agama di tengah gempuran peradaban.  Pembatasan definisi, peradaban lebih ke arah pergeseran kebiasaan menuju ke arah yang lebih maju. Letak perbedaan peradaban dan kebudayaan pada cara dan dinamika kehidupan. Meskipun kebudayaan berbicara perihal kebiasaan masyarakat, tapi  bersifat bertahan. Beda dengan peradaban lebih ke arah pergeseran ke hal yang baru. Pengaruh dari luar masuk ke dalam suatu kebiasaan dapat merasuki keasliannya sehingga terjadinya pembahuruan. Kira-kira begitulah y

Radikalisme versus universalisme

 Radikalisme berhadapan dengan universalisme berbenturan karena mempertahankan prinsipnya masing-masing. Radikalisme pada dasarnya berpegang teguh pada prinsipnya yang mengakar kuat. Ego berprinsip sangat menonjol disebabkan hilangnya kehendak untuk menerima prinsip-prinsip kebenaran yang datang dari sumber lain. Tak heran jika masih saja tampak pemandangan di seantero jagat aliran-aliran yang bersifat radiks beroposisi dengan doktrin lain yang sudah menjadi prinsip/aturan umum. Keterbukaan tak ayal menjadi penghalang bagi kelompok radikalisme. Ini disebabkan karena adanya kekhwatiran terjadinya perubahan konsep dan pandangan yang yang sudah tertanam kuat dalam diri penganutnya. Mengesampingkan dialog dan komunikasi adalah cirinya.  Lantas, apa yang menjadi penilaian publik tentang kaum-kaum radikalis? Mereka adalah bagian dari sekutu masyarakat. Entah penilaian baik atau buruk tergantung pada cara tindakannya/perbuatannya, apakah menguntungkan atau merugikan sesama! Berbeda dengan pri

Saya berpikir, maka saya ada atau saya ada, maka saya berpikir?

 Dua terminologi yang masih terus diperbincangkan dari dulu hingga dewasa ini. Tentang mana yang benarnya pun masih diperdebatkan! Disini sebenarnya bukan dianalis dari segi mana yang benar atau salah, tapi pemahaman linguistik.  Saya berpikir, maka saya ada  bertitik tolak dari kesadaran manusiawi. Dipahami bahwa inti subjektivitas menekankan pikiran sebagai tempat utama. Pikiran dan perasaan sebagai komponen kesadaran manusia. Kegiatan berpikir pada hakekatnya aktivitas mental pra tindakan. Kegiatan berpikir membantu mendapatkan hasil. Tanpa berpikir mustahil mendapatkan kepastian hasil (suatu keberadaan). Saya ada, maka saya berpikir dapat dipahami sebagai tuntutan subjektivitas.  Kegiatan berpikir melulu mengurangi eksistensi sebagai manusia. Mengubah dunia atau menghasilkan sesuatu yang baru tidak hanya melalui aktivitas mental semata. 

Tentang Keabadian (writing in the silence)

 Saat kita berbicara tentang keberadaan Saat kita berbicara tentang kehilangan Adakah yang abadi? Saat kita berbicara tentang pertemuan-membahagiakan Dan disaat ber-apa saja! Semuanya tinggal kenangan dan sejarah! Seluruh eksistensi keakuanku, katanya akan kembali ke sumber Adakah yg tahu ke sumber mana Sungguh! Akupun tak tahu!